Rasanya hari itu seneng banget. Kenapa? Eh pemirsah, boleh curcol kan ya, hehe… Siang itu ada pesan masuk di WA, mengabarkan kalau aku diminta mewakili GM sebuah platform online wisata untuk hadir diacara BEC. Wow…sebuah kesempatan bagus. Tanpa ba bi bu, saya mengiyakan dan bersedia meluncur ke Banyuwangi.
Setelah chat tentang ini itu, disepakati besok aku kudu ke kantor platform online itu dibilangan jl Sulfat. Ada undangan dan ID Card sebagai tamu VIP. Aku sempat terhenyak, membayangkan duduk di zona nyaman. Bukan seneng dengan VIP nya tapi langsung “ngeh” bakalan tidak sebebas kalau di tribun media. Secara aku kesana kan mau liputan, bukan menikmati jalannya acara dengan santai? Tapi easy going ajah…hehe…
ID Card BEC (dok.pri)
Kupikir itu masalah teknis saja. Dan benarlah, dua hari kemudian saya tiba di Banyuwangi. Saya menggunakan moda transportasi bus yang ditempuh dalam 10 jam! Pilih bus karena ditimbang sana sini yang cucok memang bus. Tapi gak “nguati” Malang -Banyuwangi hampir separuh hari. Tentang kisah naik bus, ntar kapan-kapan saya ceritakan ya?
Tiba di Banyuwangi Langsung Rehat
Dari Malang saya berangkat pukul 10.00 dan tiba pukul 20.00. Langsung menuju homestay Green Ijen yang berlokasi di Jalan Opak, tak jauh dari lokasi BEC berlangsung. Alhamdulillah meski booking satu hari sebelum berlangsungnya acara, ternyata masih ada room dan dapatnya murmer lagi! Rejeki kan? Semua berawal dari keberuntungan, hehe…
Setelah mandi (gak pakai air hangat) meski malam hari, seger banget. Tahu kan Banyuwangi hawanya panas, lebih nyes kalau pakai air biasa. Pikiran pertama setelah seger cari makan malam. Tapi berhubung malas dan capek jadi cari yang dekat-dekat aja.
Besok paginya seorang teman blogger Banyuwangi menghubungiku untuk wiskul sebelum siangnya ke BEC. Baiklah bersama Mas Allan dan Mba Afin kami bertiga sepakat sarapan Rujak Soto. Tapi berhubung waktu masih pukul 08.00 jadi warungnya belum buka. Akhirnya kami makan Rawon Jadul di jalan Sudirman. Tentang kuliner ini saya tulis terpisah ya…
Bersama blogger Banyuwangi Mas Alan dan Mb Avia (dok.pri)
Acara BEC yang Megah
Usai sarapan kamu langsung cek ke lokasi acara BEC di sekitar Taman Blambangan. Tapi sebelumnya karena melewati Taman Sri Tanjung, saya tak melewatkan bernarsis di taman yang banyak dikunjungi warga. Banyak yang bersiap mencari lokasi strategis untuk menonton BEC. Juga pedagang kali lima memenuhi pinggir jalan tapi teratur dan tertata. Tampak ada pagar yang memisahkan antara zona acara dan warga yang menonton.
Narsis bertiga lagi (dok.pri)9
Tepat pukul 13.30 WIB, BEC dimulai dengan acara seremonial. Saat itu Banyuwangi bak bertabur gemerlap. Ratusan busana etnik dengan berbagai aksesoris keemasan memancarkan kilaunya. Membuat ribuan pasang mata tak berkedip melihat perhelatan event berskala internasional. Itulah gelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) tahun 2019. Bagaimana keseruan dan keunikan acara tahunan Kota Banyuwangi yang ke-9 itu? Simak yaa…
BEC Dibuka Menteri Pariwisata RI
Siang terik (27/7) tak menyurutkan ribuan warga Banyuwangi memadati jalan Veteran. Masyarakat sangat antusias dengan BEC yang berpredikat World Class Ethnic Festival. Tahun ini mengangkat tema The Kingdom of Blambangan.
Event yang melibatkan sekitar 500 orang menampilan sendratari Minakjinggo yang mengisahkan kejayaan Kerajaan Blambangan. Juga diikuti sekitar 150 orang model berparade dengan balutan busana kotemporer yang kaya budaya dan kearifan lokal.
BEC resmi dibuka Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. Menurut Menpar, Banyuwangi menjadi kota terbaik dalam penyelenggaraan festival. Karena memiliki creative value (busana unik dan aransemen musik yang menarik), economi value (bisa mensejahterakan warganya) dan CEO yang komitmen.
Menpar dan Bupati Banyuwangi saat memberi keterangan pada awak media (dok.pri)
Sedangkan Bupati Banyuwangi Abdillah Azwar Anas, S.Pd,S.S,M.Si menekankan bahwa BEC merupakan kesuksesan bersama semua warga Banyuwangi. Sebab melibatkan semua lapisan masyarakat dari siswa, guru, budayawan, seniman juga PNS. Semua atas inisiasi warga Banyuwangi dengan semangat gotong royong dan kerukunan bersama. “BEC itu perekat masyarakat Banyuwangi”, tandas Anas.
Banyuwangi dengan banyak mengadakan event bertaraf internasional, sekarang bisa meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisnus maupun wisman. Kenaikan yang signikan wisman dari kunjungan per tahun dulu 5 ribuan orang meningkat menjadi 100 ribuan. Sedangkan wisnus dari 27 juta menjadi 48 juta orang. Sebuah prestasi yang patut diacungi jempol ya…
BEC Apresiasi Budaya Lokal Banyuwangi
Banyuwangi Ethno Carnival dipusatkan di Jalan Veteran. Diawali dengan penampilan beberapa artis menyanyikan lagu berbahasa daerah Osing dengan kolaborasi musik tradisonal dan modern. Diantaranya artis Fitri Karlina asal Banyuwangi yang kini menjadi duta pariwisata Kemenpar RI.
Tarian Jejer Gandrung (dok.pri)
Ada tarian Jejer Gandrung yang dibawakan ratusan penari sebagai sambutan kepada para undangan. Hadir dalam acara BEC beberapa bupati kabupaten kota di Indonesia, perwakilan Dubes AS serta undangan lainnya. Semua larut dalam penampilan tarian yang juga mengajak Menpar dan Bupati Banyuwangi untuk menari bersama. Guyup sekali lho traveler.
Sendratari Amuke Satria Blambamgan (dok.pri)
Selanjutnya gelaran sendratari “Amuke Satria Blambangan yang mengisahkan kejayaan Kerajaan Blambangan. Dengan gerakan dan dialog yang apik dipadu busana kerajaan yang beragam aksesorisnya, membuat ribuan pasang mata terpukau.
BEC yang mengangkat akar budaya lokal ini memikili 10 sub tema yang diaplikasikan melalui parade busana yang unik. Para model mengenakan busana hasil desainer yang sesuai dengan tema yang diusung. Sub tema tersebut adalah Kedaton Raja, Raja, Putri, Resi Sapta Menggala, Pusaka Kerajaan, Pelabuhan Loh Pampang, Pura Agyng Blambangan, Kapal Jong Blambangan, Setinggil dan Nelayan.
Bersama peserta BEC (dok.pri)
Parade model berbusana unik yang memancarkan kekayaan ragam budaya ini menjadi acara inti. Mereka berlenggak lenggok di sepanjang jalan Veteran menuju rute yang ditentukan hingga jalan Panglima Sudirman melewati 10 stage. Kurang lebih berjalan sekitar 3 km dan finish di Lapangan Stadion Diponegoro.
Masyarakat Banyuwangi tumpah ruah disepanjang jalan yang dilalui para model. Bahkan ada 15 orang dari wisatawan mancanegara turut andil meramaikan BEC seperti dari Australia, Spanyol, Suriname, Bangladesh, Amerika dan lainnya. Dari Riau juga turut meramaikan dengan sajian budaya dan tarian Melayu.
Sungguh BEC suatu event yang amazing. Semua penonton larut dalam euforia BEC. Patut banget deh buat teman-teman untuk melihat secara langsung. Apalagi tema BEC setiap tahunnya selalu berbeda dan menarik. Untuk tahun 2020 siap berkunjung ya dengan BEC mendatang bertema “The Diversity of Banyuwangi Culture.
So saya berharap tahun depan bisa menikmati langsung Banyuwangi Ethno Carnival lagi. Insha Allah, Aamiin…Kalau teman-teman kira-kira mau nonton langsung gak ya?
Salam,
Nyk Mlg