Naik Gunung di Masa New Normal. Sejak pandemi covid 19 dinyatakan melanda Indonesia Maret lalu, semua aktivitas jadi terbatas. Dari sekolah, kerja, jalan-jalan dan lainnya distop sementara. Hingga ada istilah stay at home, work from home, elearning dll.
Hal tersebut dikarenakan virus mematikan yang bernama Corona. Virus tak kasat mata itu ditemukan pada Desember 2019 yang membuat Kota Wuhan di China mendadak terkenal. Disinyalir dari kota inilah virus itu berkembang hingga ke negara-negara lainnya.
Sudah banyak jatuh korban virus Corona, termasuk di Indonesia. Hingga kini ada 88.214 orang yang terpapar virus covid itu. Tapi masih saja ada yang tidak percaya dengan keberadaan si covid itu.
Nah hampir empat bulan masyarakat terkungkung pandemi, semua makin terpuruk terutama ekonomi Indonesia juga dunia. Sehingga Juni 2020 dihembuskan isu New Normal untuk mengembalikan semua keadaan.
Menuju Masa New Normal
Usaha untuk menangkal virus sudah dilakukan dengan berbagai cara. Pemerintah memberlakykan lock down local, PSBB, menerapkan protokol kesehatan dll. Tapi semakin hari semakin bertambah korbannya.
Padahal sejak Maret hingga Juni 2020 hampir di seluruh Indonesia berupaya keras untuk menekan jumlah korban. Corona telah mematikan pula sendi-sendi ekonomi. Hingga akhir Juni pemerintah berusaha untuk menyemangati penduduknya dengan membuka New Normal.
Apa itu New Normal? New Normal adalah upaya menormalkan kembali aktivitas warga untuk memulihkan roda ekonomi dll…Mulai dilunakkan atau dibuka kembali tempat-tempat umum seperti pasar, mall, tempat wisata dll…
New Normal diharapkan bisa menormalkan ekonomi masyarakat. Namun dlm aturannya semua harus menerapkan protokol kesehatan. Apa yg hrs diperhatikan saat beraktivitas di luar rumah selama masa New Normal? Yakni:
1. Usahakan sering mencuci tangan dengan sabun
2. Memakai masker
3. Membawa handsanitizer
4. Jaga jarak
5. Hindari kerumunan
Dengan syarat dan menerapkan protokol kesehatan diharapkan akan terhindar dari terpaan virus Corona. New Normal sedikit membawa angin segar untuk kita. Namun jangan membuat kita terlena, tetap jaga kesehatan dan kebersihan.
Naik Gunung di Masa New Normal
Adanya New Normal membuka peluang semua aspek untuk bangkit kembali. Salah satunya dibidang wisata yang saat pandemi paling terasa dampaknya.
Awal Juni beberapa tempat wisata out door dibuka seperti pantai, rafting juga gunung. Minggu pertama sejak dibuka tempat wisata tersebut digeruduk banyak pengunjung. Meski ada peraturan untuk menerapkan protokol kesehatan tapi banyak yang melanggar sehingga minggu keempat beberapa tempat wisata ditutup kembali.
Kalau di Malang, pantai selatan setelah dibuka satu bulan, oleh Dispar Kabupaten pantai ditutup kembali. Kenapa? Karena di lapangan yang terjadi pwngunjung kurang mengindahkan protokol kesehatan.
Bagaimana dengan wisata alam seperti naik gunung? Info yang saya dapat seperti Gunung Lawu begitu dibuka juga langsung dikunjungi banyak pendaki. Berjubel dan otomatis tidak terjaga physical distancing. Meski sebenarnya aturan penerapan protokol kesehatan menjadi hal yang utama ya..
Naik Gunung Penanggungan di Kabupaten Mojokerto
Gunung Penanggungan terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan. Gunung yang memiliki ketinggian 1650 mdpl ini sudah dibuka kembali sejak pandemi. Auto deh gunung Penanggungan ini menjadi jujugan para pendaki dari Jawa Timur dan sekitarnya.
Meski tidak terlalu tinggi, namun gunung ini memiliki tingkat kemiringan tanjakan yang lumayan. Kira-kira 60-80 derajat treking yang harus dilalui para pendaki. Wow ya…dan waktu yang dibutuhkan untuk naik hingga ke puncak Pawitra kurang lebih 5-6 jam.
Kalau sebelum.pandemi, syarat untuk mendaki antara lain membayar tiket masuk 10 ribu, melapor di loket serta membawa perlengkapan pendakian. Bagaimana syarat dan ketentuan pada masa New Normal ini? Intinya hampir sama tapi pastinya seperti anjuran pemerintah harus mengikuti protokol kesehatan. Yes…
Jadi setelah saya dan teman-teman menempuh perjalanan kurang lebih 90 menit dari Malang, tiba juga di basecamp perijinan pendakian Gunung Penanggunangan. Lokasi berada di Tamiajeng, Trawas, Mojokerto.
Setelah memarkir kendaraan, kami melapor sekaligus membeli tiket masuk. Wuaahhh ternyata weekend di minggu ketiga Juli banyak banget yang mau mendaki. Tapi semuanya memakai masker seperti yang diwajibkan.
Sebelum start menyusuri rute pendakian, kami diukur suhu badan plus briefing. Diantaranya oleh petugas, kami diharapkan saat ngecamp untuk:
- Menjaga jarak (sosial distancing)
- Minimal tenda diisi separoh kapasitas normal.
- Jaga kebersihan untuk tidak buang sampah.
- Bila merokok, putung rokok harus benar-benar dimatikan.
- Menggunakan masker
- Bawa handsanitizer
- Bawa perlengkapan mendaki yang standart.
- Membawa perlengkapan obat-obatan pribadi
- Membawa alat makan pribadi
Dengan syarat-syarat yang ketat itulah diharapkan para pendaki merasa safety dan comfort saat melakukan pendakian. Dengan begitu menyongsong masa New Normal, tidak serta merta kita merasa bebas seperti sebelum masa pandemi. Tapi tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
Jadi deh mendaki gunung merasa aman dan nyaman bila semua pendaki komitmen menerapkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Meski saya gak sampai puncak Pawitra karena sedikit kram kaki, tapi paling tidak bisa melihat keindahan Gunung Penanggungan yang dipercaya sebagai salah satu puncak Mahameru yang konon dipindahkan.
Nah kalian yang punya hobi mendaki gunung, bisa nanjak juga lho. Yang penting bisa menerapkan aturan protokol kesehatan pada masa New Normal ya…