Coban Siuk dan Coban Sisir yang Menyihir

Pemirsah ketemu lagi ya..Ingat gak  niatan saya habis dari Coban Giwan mau lanjut ke coban apa? Yuup betul.. mau ke Coban Siuk dan Sisir. Nah saat akan melanjutkan perjalanan matahari agak beringsut ke barat. Saya dan 2 sahabat Explore Wisata Malang ( Mas Anugrah dan Mas Feri) sepakat tak menunda perjalanan. Coban Giwan yang  aduhai masih tetap membayangi langkah saya yang agak berat. Hehe.. maklum dengkul ini kalau ibarat mesin, harus diolesi oli lagi agar lebih oke. Tapi berhubung bukan mesin jadi dinikmati saja apa yang terasa. Toh nanti akan hilang begitu saya melihat coban berikutnya.

Yesss…!!!

Berkendara roda 2 sekitar 10 menit dari base camp, kami bertiga tiba disebuah gerbang. Tertulis, Selamat Datang di Coban Siuk. Kata mas Anugerah Tri dari gerbang ke lokasi Coban tak begitu jauh. Melihat kondisi jalan menuju Coban Siuk berbatu, saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Rasanya kurang bijak kalau memaksakan diri untuk membonceng. Jadilah saya meniti jalan “makadam” yang tak datar alias agak nanjak, sendiri. Ya sendirian. Karena mas Anugrah dan mas Feri tetap berkendara ke atas.

 

Bisa dibayangkan, langkah berat sisa-sisa Coban Giwan masih terasa. Dan kini harus melangkah lagi. Demi memenuhi hasrat melihat Coban Siuk, semangat 45 kuluncurkan. Sebenarnya memang tak jauh, jalanpun hanya butuh waktu, tak lebih 15 menit dari gerbang.

Dua Coban yang Menyihirku

Ada rasa yang tersedot saat tatap saya terfokus pada satu titik air. Seperti tak berjarak titik air itu persis tepat di atas kepalaku. Tingginya kurang lebih 90 meter dari tanah yang kupijak. Sambil terus mendongakkan kepala, saya bersyukur. Percikan air nya begitu adem menembus kulit saya.

Coban yang tinggi dan terlihat gagah itu ada dipelupuk mataku. Subhanallah. Coban Siuk namanya. Menurut penjaga loket Rib’an, nama Siuk berasal dari nama pemilik lahan sekitar coban yang dulunya ditanami kopi. Kebun kopi tersebut memenuhi hampir seluruh lokasi dekat coban. Kala itu rimbun dan tentu saja subur. Beberapa tahun kemudian entah karena apa, lahan disekitarnya gundul. Akhirnya oleh pihak terkait diadakan reboisasi dengan menanam pohon pinus.

 

Coban Siuk mulai dibuka sebagai tempat wisata sekitar tahun 2015. Namun hingga kini pengunjungnya masih kisaran 30 org di hari minggu . Sedangkan di hari biasa hanya ada beberapa orang saja yang menyambangi. Seperti saat saya datang terlihat 5-7 orang saja. Padahal coban Siuk indah dan untuk menuju ke lokasi dekat dengan parkiran. Cukup mudah dan tak sulit.

Aliran coban Siuk mengalir membentuk sungai dengan air terjun mini yang bertingkat-tingkat. Percikan air dan gemericiknya membuat irama alam yang mendamaikan hati. Sayapun tak melewatkan untuk mengabadikan the natural painting sekitar coban Siuk.

 

Tak jauh dari Siuk ada juga coban Sisir. Kedua coban tersebut seperti menyihirku. Terlihat cucuran airnya rapi bak sisir. Konon karena mirip sisir sehingga coban yang tingginya tak lebih dr 10 m itu dinamakan coban Sisir. Itu yang saya dengar dari cerita yang berkembang. Meski tak tinggi tapi coban Sisir bersih bisa untuk mandi. Karena tempat jatuhnya air coban dangkal sehingga aman untuk pengunjung yang ingin menikmati mandi air coban. Yang pasti airnya super dingin yaa…

 

Sehari bisa merapat di 3 coban itu bagi saya adalah sesuatu banget. Rasanya berucap tak berkesudahan untuk segala nikmat yang dilimpahkanNya. Adalah alam ciptaan Allah yang mampu memberi kita banyak pelajaran. Saat bercengkerama dengan alam, mengajarkan pada saya arti kesabaran, perjuangan dan rasa syukur. Untuk sehatku dan semua yang Kau beri, terima kasih ya Allah…!!!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *