Demi Masa Depan Hutan, KEPPAK Terus Kepakkan Sayap

Siapa yang tak suka hawa sejuk yang bikin ketenangan hati? Mungkin banyak yang angkat tangan tinggi-tinggi ya, tak terkecuali saya. Bahkan yakin deh, semua bakal betah bila lingkungan asri, hijau dan nyaman mengitari hidup kita.

Membayangkan alam sekitar hijau pasti tidak lepas dari keindahan alam. Wuidih jadi bersyukur hidup di Indonesia dengan banyaknya hutan sebagai lahan hijau yang notabene ada 51,1% dari total daratan Indonesia. Menurut data Kementerian Kehutanan luas lahan berhutan di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 95,5 juta hektare.

Bicara tentang hutan di negeri kita, pasti dilindungi. Dengan kata lain hutan yang ada akan dijadikan hutan lindung. Keberadaan hutan lindung sangat penting dan banyak manfaatnya. Apa aja manfaat hutan lindung? Yuk simak terus artikel ini..

Wisata Alam Batu Begalang (foto: istimewa)

Manfaat dan Peranan Hutan Lindung

Hutan lindung memiliki banyak manfaat diantaranya untuk melindungi sistem penyangga kehidupan. Dengan adanya hutan lindung, mampu mencegah bencana seperti banjir dan tanah longsor, pengendalian erosi, serta pengaturan tata air.

Hutan lindung juga berperan penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati, menjaga kesuburan tanah, menyediakan sumber daya alam berkelanjutan juga menyerap karbon untuk mitigasi perubahan iklim.

Untuk lingkungan Hutan Lindung bermanfaat untuk:
1. Mencegah banjir dan mengendalikan aliran air: Akar pohon menyerap dan menahan air hujan, memperlambat alirannya ke permukaan dan mengurangi risiko banjir.
2. Menyimpan cadangan air tanah: Air yang diserap akan disimpan di dalam tanah dan dilepaskan secara perlahan, memastikan ketersediaan air saat musim kemarau.
3. Mencegah erosi dan longsor: Tutupan vegetasi dan akar pohon mencegah pengikisan tanah akibat air, serta menjaga stabilitas lereng.
4. Menjaga kesuburan tanah: Bahan organik seperti dedaunan dan ranting yang terurai menjadi humus memperkaya unsur hara dalam tanah.
5. Melindungi keanekaragaman hayati: Hutan lindung menjadi habitat alami bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk spesies langka.
6. Menyerap karbon: Hutan berfungsi menyerap karbon dioksida, membantu mengurangi polusi udara dan memitigasi pemanasan global.

Hutan Lindung bagi manusia bermanfaat untuk:
1. Sumber daya alam: Menyediakan sumber daya non-kayu seperti rotan, tanaman obat, dan madu, serta sumber daya kayu jika dikelola secara bijak.
2. Kawasan penelitian dan ekowisata: Menjadi tempat untuk studi ilmiah dan penelitian lebih lanjut mengenai ekosistem di dalamnya, serta potensi wisata alam.
3. Kawasan pelindung: Melindungi permukiman, lahan pertanian, dan infrastruktur dari bencana alam seperti tanah longsor dan intrusi air laut.
4. Budaya dan spiritual: Menjadi tempat tinggal dan memiliki nilai budaya serta spiritual bagi komunitas adat yang hidup berdampingan dengan hutan.

Hutan Lindung sebagai Potensi Wisata Alam

Tak dipungkiri, sekarang minat untuk mengunjungi hutan sebagai wisata alam meningkat pesat. Bahkan minat terhadap wisata alam mengalami peningkatan signifikan, terutama didorong oleh kesadaran kesehatan pascapandemi, preferensi Gen Z untuk healing, dan pengaruh media sosial.

Menurut survei Adventure Outlook 2022 menyebutkan, terjadi peningkatan minat yang terhadap wisata alam. Bahkan sebanyak 99% responden berminat untuk melakukan perjalanan wisata alam dan petualangan. Ini menjadi peluang emas untuk “mencipta” destinasi wisata alam

Menyusuri hutan (dok. Istimewa)

Di Indonesia ada beberapa hutan lindung yang kini menjadi destinasi wisata alam. Diantaranya Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatera Utara, Taman Nasional Way Kabas di Lampung, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Tanjung Putting di Kalimantan Tengah, Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Jawa Barat, Taman Nasional Ujung Kulon di Banten dan Taman Nasional Baluran di Jawa Timur.

Terpantik realitas yang ada — gelora menjadikan hutan lindung di desanya untuk dijadikan destinasi wisata alam, membuncah hebat. Adalah seorang pemuda bernama Febriansa, yang mampu menangkap “emas” yang ada di hutan lindung di sekitar desanya.

Dari Nongkrong hingga Terbetik Ide Brilian

Tidak seperti kebanyakan mahasiswa, biasanya begitu menyelesaikan studi langsung sibuk mencari pekerjaan dan lupa pulang ke kota asal. Bagi Febriansa lepas studi di teknik mesin sebuah perguruan tinggi di Jogjakarta, cooling down dulu untuk kembali ke kota asal Belitung. Menyegarkan otak dan pikiran di desanya setelah sekian lama ditinggalkan.

Saat pulang ke desanya yang berlokasi di Kelubi, Kecamatan Manggar – Belitung Timur, rumahnya menjadi jujugan pemuda setempat. Mereka nongkrong dan ngobrol santai bertukar info dan ide tentang apa saja. Lalu kemudian muncul keinginan untuk menjadikan Bukit Pemantauan yang ada di desanya untuk dikelola menjadi tempat wisata.

Bukit Pemantauan memiliki bebatuan unik dan ber-view cantik. Dengan hamparan hijau yang membentang di sekitarnya, menambah eksotik dan layak menjadikannya sebagai tempat wisata untuk melepas kepenatan. Sayangnya, saat itu belum dikelola dan masih belum tersentuh siapapun.

Miris dengan kondisi tersebut, Febriansa bersama pemuda desa akhirnya membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Ketuanya adalah Febriansa yang dinilai memiliki kemampuan dan wawasan luas. Mulailah mereka beraksi untuk sebuah mimpi menjadi nyata, ide brilian untuk menjadikan Bukit Pemantauan sebagai lokasi wisata.

Febriansa (Ketua Pokdarwis) Foto: istimewa

Berjuang untuk Mengelola Tempat Wisata

Mulailah Febriansa beserta 90 orang pemuda pemudi mempersiapkan segalanya. Seperti membersihkan area sekitar Bukit Pemantauan yang berada di sekitar hutan lindung, menyiapkan lahan parkir dan segala sesuatunya untuk menyambut pengunjung.

Selama bergerak untuk promosi wisata tersebut, Febriansa galau karena dirinya beserta pemuda desa dalam mengelola wilayah hutan tanpa legalitas. Akhirnya dalam pencarian informasi mereka mengenal Program Kehutanan Sosial (HKM) melalui penyuluh kehutanan.

Mei tahun 2017 SK pengelolaan HKM untuk Pokdarwis yang diketuai Febriansa akhirnya terbit. Tim dari kementrian langsung turun ke lapangan. Febriansa lega setelah sekian lama pengajuan pengelolaan hutan tanpa kabar kini berbuah manis.

Di sisi lain begitu keras perjuangan untuk mengelola tempat wisata yang tak sebanding dengan hasil dan tenaga yang terkuras, hingga bersisa 20 orang saja. Semangat mengendur, tapi menurut Febriansa, bersama pemuda yang masih semangat dan militan itu, mereka bertahan dan berjuang.

Harapan Memancar di Batu Begalang

Diakui Febriansa, akses menuju ke lokasi Bukit Pemantauan yang ingin mereka kelola sulit dijangkau kendaraan. Sehingga pihaknya mencari lokasi alternatif. Alhasil dari hasil tak kenal lelah itu mereka menemukan Batu Begalang yang merupakan kawasan yang berkarakter bebatuan besar dan luas di alam terbuka. Konon Batu Begalang dulu sebagai tempat berburu rusa dan kijang.

Waktu berjalan dan tahun 2021 Batu Begalang akhirnya dilaunching resmi sebagai kawasan wisata.

“Padahal akses jalan saat itu jauh dari kata layak,” kata Febriansa. Menurutnya itu bentuk protes halus agar dapat perhatian dari pemerintah setempat.

Dampak dari launching Batu Begalang, pengunjung melonjak drastis di akhir pekan. Tapi itu juga berimbas pada kecemburuan warga dan terjadi pergesekan yang akhirnya anggota kembali berkurang. Hanya belasan orang tersisa yang betul-betul mengabdikan diri untuk pengembangan wisata Batu Begalang.

Pengunjung Batu Begalang (Foto: istimewa)

Febriansa dan pemuda yang masih intens berjuang kini menamakan diri sebagai Keppak (Kelompok Pemuda Pecinta Alam Kelubi). Aktivitas mereka pun tidak hanya menjadikan HKM sebagai wisata tapi hal yang bisa menyentuh warga setempat. Apa saja gebrakan Febriansa untuk mengangkat desanya?

Demi Masa Depan Hutan, Keppak Terus Kepakan Sayap

Febriansa alumni teknik mesin yang tebar juang demi Batu Begalang terus aktif mencari celah untuk berbuat kebaikan. Dengan HKM yang mereka kelola seluas 385 hektar hutan tak hanya dijadikan wisata alam saja. Tapi juga ada aktivitas budidaya madu, trigona, produksi tepung singkong hingga ikut membantu menjual hasil kerajinan anyaman warga.

Terkait wisata kedepan akan ada rancangan wisata tracking, camping bahkan paket gastronomi. Termasuk sunrise poin. Keren ya planning Keppak ini. Tapi tidak sedikit juga kendala yang menghalang seperti
pendanaan, pembalakan liar, tambang ilegal dan konflik perambahan hutan.

Perjalanan Febriansa dkk memang penuh liku dan aral tapi tak membuat mereka mundur. Mereka tetap bertekad untuk menjaga hutan dan mewariskan kesadaran bahwa hutan bukan cuma pohon dan tanah tapi ruang hidup yang harus dijaga bersama.

Berkat tak kenal lelah dalam berjuang untuk pemanfaatan hutan lindung sebagai daya tarik wisata di Belitung Timur, akhirnya Febriansa berhasil mendapatkan Apresiasi SATU Indonesia Award Tingkat Provinsi Bangka Belitung 2024 kategori lingkungan.

Sebelumnya Keppak juga mendapatkan penghargaan meraih terbaik II nasional dalam lomba Wana Lestari 2023. Menteri LHK Siti Nurbaya secara langsung menyerahkan penghargaan kategori Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) kepada Febriansa.

Penutup

Sejak 2015 berjuang untuk menjaga hutan, tidak hanya pohon dan tanah. Tapi lebih dari itu untuk menyegarkan nafas kehidupan. Bagi Febriansa keterbatasan bukan halangan untuk terus melangkah. Semua agar anak cucu kelak merasakan alam yang indah dan masih mendengar segala cericau burung di alam bebas.

“Alam layak diperjuangkan untuk diwariskan pada generasi mendatang”, tegasnya.

Well…selamat ya Febriansa…demi masa depan hutan, Keppak terus Kepakan sayap.

#APA2025-ODOP #APA-PLM #APA2025-BLOGSPEDIA

 

 

 

 

 

Leave a Comment